Langsung ke konten utama

Semeru, Impian Sejak Negara Api Belum Menyerang #3

Assalamu'alaykum, teman!

Sebelumnya gua mau berterima kasih untuk yang sudah membaca. Dan di sini gua bakalan lanjutin cerita pendakian gua ke Gunung Semeru bersama teman-teman dari Backpacker Jakarta. Yang belum baca bagian #1 (di sini) dan bagian #2 (di sini), silakan intip-intip dulu.

Isti di Puncak Mahameru

Di bagian part 3 ini, gua akan menceritakan perjalanan ke Gunung Semeru yang dimulai dari Stasiun Pasar Senen (PSE). Sebelumnya gua mau minta maaf karena akan ada beberapa detail waktu yang gua lupakan persisnya kapan. Diri ini memang terlalu pelupa, hehe. Yok lanjut, ya. Setelah menempuh perjalanan dari rumah yang penuh dengan drama dalam perjalanannya, akhirnya gua sampai di Stasiun Pasar Senen sekitar 10 menit keberangkatan kereta. Di sini gua gak terlalu panik lagi karena gua yakin tiket kereta sudah diurus oleh Bang Arlan selaku CP jadi gua hanya perlu ketemu dia untuk minta tiket kereta gua. Oh iya, setiap perjalanan yang diadakan oleh BPJ pasti diatur oleh yang namanya CP (contact person), mereka yang akan koordinir semua peserta, seperti tiket kereta atau tiket masuk tempat wisata yang akan kita kunjungi. Balik ke cerita, ya. Karena gua sudah gak terlalu panik, gua pun masuk dulu ke dalam Indomart yang ada di PSE, ini sudah masuk dalam rencana gua. Ya masa mau menempuh 16 jam di kereta gua gak beli cemal-cemil, hahaha. Dan di sini Bang Arlan juga sudah ngeh kalo gua sudah datang. Keluar dari Indomart, gua langsung samperin Bang Arlan, walaupun pertama kali ketemu gua sudah ngenalin dia (ya iya dengan ciri-ciri yang pegang tiket banyak siapa lagi). Perjalanan ke Semeru ini adalah perjalanan di mana gua benar-benar sendirian di awal. Gak ada teman yang gua kenal sebelumnya. Dan pas awal ketemu itu, super canggung. Wajarlah, ya. Gua pun dikasih tiketnya oleh Bang Arlan dan kami langsung masuk ke dalam stasiun karena keretanya sudah stand by. Ngomong-ngomong kalian sudah pernah naik kereta berbarengan dengan para pendaki? Nah, iya seperti itu. Jelaslah hampir setengah bagasi gerbong kami kuasai dengan keril kami. Itu pun gak cukup, tapi bersyukurnya ada beberapa pendaki di injury time gagal nanjak dengan alasan berbeda, jadi tempat duduk mereka dijadikan tempat duduk keril, haha. Dan mulailah kereta melaju. Kami super berisik. Beberapa kali kami ditegur sama Bapak/Ibu karena keberisikan kami. Mulai dari main kartu, main teprok nyamuk, pokoknya sampai benar-benar menghilangkan kebosanan. Beberapa kali juga ada teman kami yang ditegur oleh petugas karena tidur di lantai kereta yang bisa mengganggu penumpang lainnya. Hadeuhh.. ada-ada aja kelakukan mereka. Gua di sini sebagai anak yang paling muda pun hanya diam, masih belum punya energi untuk bercengkrama karena masih belum kenal. Ubah-ubah posisi duduk untuk bisa tidur, teap tetap gak bisa. Sampai akhirnya Kak Vivi menjadi sandaran gua tidur tanpa gua sadari. Pasti dia pegal banget gua tumpu seperti itu. Maaf ya, Kak. Waktu pun terus bergulir, hingga sampailah kami di Stasiun Malang. Oh iya, biar ada jejak jangan lupa foto dulu, ya.

Detik-detik sampai di Stasiun Malang bersama beberapa rombongan dan CP kece

FYI, di luar Stasiun Malang ada rawon yang rasanya enak banget Ya Allah. Yang jualannya cuma di grobakan gitu. Harganya juga murah cuma 15 ribuan sudah include teh manis segelas dan tempe goreng. Yassalam, sedap nian.

Dengan sedih hati, gua akan mengakhiri cerita perjalanan Semeru sampai sini aja. Gua sudah benar-benar lupa apa aja yang gua lakukan secara detailnya, jadi biarlah perjalanan ke Semeru gua cukup sampai sini gua share ke kalian hahaha. Sisanya biar gua yang mengenangnya dalam romantisme kerinduan akan setiap langkah menapaki Gunung Semeru. 
Terima kasih yang sudah membaca. Semoga bermanfaat.

Bonus foto-foto di Gunung Semeru.

Pos Jambangan

Bersama Bang Denny, Bang Muamar, dan Bang Fajri di Puncak Mahameru

Melewati syahdunya Tanjakan Cinta

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Jalan-jalannya Dia, Bisa Jadi Menjemput Ajalnya

Sebuah kabar yang lagi-lagi menyedihkan hati. Kehilangan teman baik yang bahkan Allah mempertemukan kami di jalur menuju puncak Gunung Merbabu. Mudah bagi Allah membuat skenario dalam hidup setiap hamba-Nya. Entah semalam aku tidur memang lebih larut dari biasanya. Padahal kondisi badan yang sangat lelah akibat pulang mengajar les privat. Aku pikir sampai rumah akan langsung bisa memejamkan mata. Namun, entah mengapa mata malah susah diajak kompromi. Sempat sedikit membantu mengurus berkas adik yang mau daftar ke jenjang SMA. Pun itu kondisi mata masih sangat segar. Sudah coba berbaring pun tetap gak mau lelap. Tiba-tiba rasa perut lapar. Langsung terpikir mungkin karena perut yang lapar aku belum bisa tidur. Akhirnya, beberapa menit menuju pukul 00.00 WIB aku pun mengisi perut, sekalian rapelan untuk sahur hehe. Tapi lagi-lagi mataku tetap gak mau diajak tidur hingga waktu semakin pagi. Anehnya, tidur yang kepagian ini gak membuat aku bangun kesiangan. Justru jam 5 tepat aku sudah

Dinas Perdana Bersama Auditor

 Hai, temans!           Kembali lagi bersama #istibercerita. Apa kabar kamu? Semoga selalu dalam keadaan sehat ya. Mumpung lagi di rumah aja setiap hari dan sekarang aku lagi semangat-semangatnya nulis, aku memutuskan untuk kembali mengisi blog aku ini. Kali ini aku mau sedikit bercerita tentang pekerjaan aku sebagai seorang umbi-umbian di salah satu instansi pusat di Jakarta. Tentang apa ya? Sesuai dengan judulnya, aku ingin cerita tentang perjalanan dinas perdanaku bersama para senior auditor di wilayah penempatanku saat ini.           Oh iya, untuk kamu yang belum tau apa itu umbi-umbian, aku kasih tau nih. Jadi, umbi-umbian adalah sebutan bagi mereka para ASN yang masih merumput, haha. Entah kenapa disebutnya umbi. Mungkin karena umbi itu awalan untuk menjadi dewasa (?). Nah, walaupun masih umbi-umbian, di instansiku sudah boleh diajak untuk melaksanakan perjalanan dinas. Apa sih perjalanan dinas itu? Perjalanan dinas atau biasa disingkat dengan perjadin adalah kegiatan melaksanaka