Langsung ke konten utama

Karena belum waktunya?

Hai teman!

        Sudah lama ngga bersapa dengan blog ini. Setelah aku cek ternyata beberapa foto yang aku sisipkan dipostingan sebelumnya banyak yang ngga bisa tampil dengan baik. Kenapa ya? Mungkin ada yang mengalami hal yang sama dan sudah tau solusinya boleh kasih tau aku ya cara mengatasinya. Hehehe, kok jadi serasa blog ini banyak pengunjungnya aja aku sok-sokan minta solusi. Padahal hanya untuk konsumsi pribadi. Gapapa deh ya, mungkin ada yang menggunakan kegabutannya hingga bertemu dengan blog aku ini.

       Sesuai dengan judulnya. "Karena belum waktunya?". Di sini aku mau bercerita tentang hal-hal yang mendesak aku sekarang ini. Mungkin teman-teman sudah ngga asing dengan sebutan quarter life crisis. Ya, sebuah istilah yang digunakan untuk orang-orang yang memasuki umur 25 tahun tapi berada di kondisi hidup yang krisis. Krisis dari sisi finansial, percintaan, permasalahan sosial, dll. Di tahun ini aku berada di titik itu. Saat tulisan ini ditulis, aku belum genap berumur 25 tahun ya, haha. Tepatnya 24 tahun 11 bulan. Butuh 1 bulan lagi aku bisa menggenapkan umurku di 25 tahun. Di umur saat ini lah aku merasa istilah quarter life crisis benar-benar terjadi pada diriku. Walaupun aku ngga menapik setiap tahun pasti ada aja hal-hal yang menguji diriku untuk menjadi pribadi yang lebih baik lagi. Bedanya, di umur 25 tahun ada istilahnya yang populer dipakai oleh banyak orang saat ini. 

        Kalau ditanya apa sih yang paling menjadi krisis hidupku saat ini? Hmmm... banyak ehehe. Jujur, aku pribadi baru diterima sebagai CPNS di tahun 2021. Saat teman-temanku sudah memulai karier yang bagus sejak lulus kuliah (tahun 2018), mungkin sudah punya banyak tabungan dan dana darurat, sedangkan aku masih luntang lantung mencari pekerjaan yang benar-benar aku mau dan diridhoi orang orang tuaku. Jadi, masih banyak wishlist yang ingin aku wujudkan dengan kemampuanku sendiri terutama dengan hal-hal yang berhubungan dengan finansial. Kalau dirinci aku ingin punya hp baru, laptop baru, motor baru dengan STNK atas namaku sendiri, dan masih banyak lagi. Duniawi banget ya? Gapapa deh dibilang duniawi. Hehe. Nyatanya memang aku belum bisa mewujudkan itu dengan usahaku sendiri. Dan yang paling penting, aku mau mulai mengumpulkan uang untuk bisa mendaftarkan orang tuaku haji/umrah, hehe. Doain ya gaes. Semoga bisa lancar rencana-rencanaku. 

        Tapi ada hal yang masih terus muter-muter dipikiran. Apa tuh? Ya apalagi kalau bukan tentang nikah! Umur aku saat ini memang sudah bukan hal asing lagi untuk membicarakan soal hubungan rumah tangga. Memiliki kekasih sehidup sesurga. Keinginanku untuk menikah sebenarnya ada sejak aku lulus SMA, wkwk. Mungkin itu karena pengaruh cerita-cerita temanku ya, tapi tentu aja hal itu ngga terwujud, hehehe. Ibu aku termasuk orang yang tegas untuk menentukan jalan hidup anaknya. Aku bukan dari keluarga berada yang mudah memilih keinginan, semua harus dengan usaha lebih. Berkat doa ibu dan ridho keluarga, semua usaha Allah mudahkan. Termasuk setiap jalan pendidikanku dan sampai pada detik ini. Tiba di waktu yang memang sudah pas. Menuju umur 25 tahun dan dengan pekerjaan yang katanya idaman ibu mertua, haha. Tapi kok justru saat ini keinginan aku untuk menikah jadi agak luntur ya? Kenapa ya? Mungkin kah karena start hidup baru aku baru dimulai di tahun ini juga? Btw, aku termasuk orang yang ngga memilih jalan pacaran karena aku tau bisa terjerat pada zina. Tapi bukan berarti aku ngga dekat dengan laki-laki di luar keluarga aku. Aku termasuk anak yang cukup bisa bergaul dengan baik. Malah bisa dibilang teman asik aku kebanyakan laki-laki hehe. Dan lagi, ngga pacaran bukan berarti aku ngga laku ya. Karena banyak tuh yang bilang, "alah segala pakai dalih ngga pacaran, bilang aja kalo emang gada yang suka." Hmm.. jujur.. omongan itu agak nyelekit sih di hati hehe. Tapi aku bukan orang yang termasuk dia bilang kok. Yang nyamperin mah ada aja, tapi akunya jual mahal? Haha.

        Sebenernya bukan jual mahal. Aku ngga punya hal istimewa yang bisa dimahalin. Aku lebih bingung harus bersikap seperti apa kalau tiba-tiba ada yang mendekat ke aku dengan "maksud baik". Balik lagi, entah saat ini keinginan aku untuk menikah agak luntur. Jadi, saat ada yang mendekat justru membuat aku banyak berpikir dan semakin banyak kekhawatiran yang tumbuh di otakku. Mungkin juga karena saat ini aku sudah bekerja, sudah mulai banyak pengalaman yang aku dapat, sudah banyak informasi yang aku tangkap untuk bekal hidup. Hal-hal itu berimbas pada pemikiran aku soal pernikahan. Dan saat ini aku sedang mengevaluasi diri aku. Sepertinya memang mental aku belum cukup untuk menerima orang lain masuk ke hidup aku. Aku masih kekanakan dan belum bisa mandiri. Jadi terpikir kalau dulu saat lulus SMA aku beneran nikah, haha. Memang jalan Allah itu yang terbaik. 

        Sambil aku mengevaluasi, saat ini aku juga banyak bertanya dan membaca. Kebetulan aku banyak teman yang umurnya lebih dewasa dan sudah menikah, tentunya teman perempuan dan teman laki-laki ya. Pertanyaanku sederhana. Di umur berapa mereka menikah? Jawaban-jawaban mereka membuat aku lebih bisa berpikir leluasa. Ternyata umur 25 tahun memang bisa dibilang masih muda untuk mengakhiri masa lajang. Apalagi aku baru memulai karier yang pas di tahun yang sama. Padahal tadinya aku agak cemas, takut umurku terlalu tua untuk melahirkan keturunan, dll., tapi ternyata ngga kok. Aku masih bisa bernapas luas dalam status single saat ini. Aku masih bisa menunaikan wishlistku yang banyak tanpa dibayang-bayangi kebutuhan rumah tangga. Balik lagi, mentalku memang yang masih terlalu cupu untuk berumah tangga dan tentunya aku belum dewasa. Pikiranku masih perlu diluaskan lagi untuk bisa menerima orang lain dalam hidup, berkompromi atas perbedaan, dan hal-hal lain yang akan terjadi. Memang, single ataupun menikah akan sama-sama mempunyai masalah. Tapi aku rasa fokusnya bukan pada masalah, melainkan mentalnya yang harus siap untuk menghadapi masalah saat aku sudah ngga single.

        Dan seperti judul dari tulisan ini. Mungkin karena belum waktunya? Belum waktunya aku bertemu dengan jodoh terbaik. Atau jodohnya sudah bertemu tapi waktunya belum tepat? Intinya yang terbaik akan datang di waktu yang tepat bersama dengan orang yang tepat. Tugasku saat ini adalah memantapkan mentalku. Menjadi orang yang lebih dewasa dan lebih mandiri. Masa aku mau nikah tapi aku belum bisa masak? Masih malas mengurus pekerjaan rumah? Haha. Kalau masih begitu mah siap-siap aja dijulidin calon ibu mertua wkwkw. Ngga deh. Biar ngga dijulidin aku harus mempersiapkan yang terbaik. Semoga di waktu yang tepat aku bertemu kamu wahai jodohku yang tepat. 

Aamiin yaa rabbal 'alamin...


Sebagai penutup, aku ada pantun nih...


Jalan-jalan ke Labuan Bajo (cakeeupp....)

Jangan lupa membeli ketupat 

Sampai bertemu kamu wahai jodoh

Tentunya di waktu yang tepat


Terima kasih untuk kamu-kamu yang sudah membaca. Sampai bertemu di tulisanku selanjutnya*.

*Syarat dan ketentuan berlaku. Syaratnya kalau ngga malas nulis haha.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Semeru, Impian Sejak Negara Api Belum Menyerang #3

Assalamu'alaykum, teman! Sebelumnya gua mau berterima kasih untuk yang sudah membaca. Dan di sini gua bakalan lanjutin cerita pendakian gua ke Gunung Semeru bersama teman-teman dari Backpacker Jakarta. Yang belum baca bagian #1 ( di sini ) dan bagian #2 ( di sini ), silakan intip-intip dulu. Isti di Puncak Mahameru Di bagian part 3 ini, gua akan menceritakan perjalanan ke Gunung Semeru yang dimulai dari Stasiun Pasar Senen (PSE). Sebelumnya gua mau minta maaf karena akan ada beberapa detail waktu yang gua lupakan persisnya kapan. Diri ini memang terlalu pelupa, hehe. Yok lanjut, ya. Setelah menempuh perjalanan dari rumah yang penuh dengan drama dalam perjalanannya, akhirnya gua sampai di Stasiun Pasar Senen sekitar 10 menit keberangkatan kereta. Di sini gua gak terlalu panik lagi karena gua yakin tiket kereta sudah diurus oleh Bang Arlan selaku CP jadi gua hanya perlu ketemu dia untuk minta tiket kereta gua. Oh iya, setiap perjalanan yang diadakan oleh BPJ pasti dia

Jalan-jalannya Dia, Bisa Jadi Menjemput Ajalnya

Sebuah kabar yang lagi-lagi menyedihkan hati. Kehilangan teman baik yang bahkan Allah mempertemukan kami di jalur menuju puncak Gunung Merbabu. Mudah bagi Allah membuat skenario dalam hidup setiap hamba-Nya. Entah semalam aku tidur memang lebih larut dari biasanya. Padahal kondisi badan yang sangat lelah akibat pulang mengajar les privat. Aku pikir sampai rumah akan langsung bisa memejamkan mata. Namun, entah mengapa mata malah susah diajak kompromi. Sempat sedikit membantu mengurus berkas adik yang mau daftar ke jenjang SMA. Pun itu kondisi mata masih sangat segar. Sudah coba berbaring pun tetap gak mau lelap. Tiba-tiba rasa perut lapar. Langsung terpikir mungkin karena perut yang lapar aku belum bisa tidur. Akhirnya, beberapa menit menuju pukul 00.00 WIB aku pun mengisi perut, sekalian rapelan untuk sahur hehe. Tapi lagi-lagi mataku tetap gak mau diajak tidur hingga waktu semakin pagi. Anehnya, tidur yang kepagian ini gak membuat aku bangun kesiangan. Justru jam 5 tepat aku sudah

Dinas Perdana Bersama Auditor

 Hai, temans!           Kembali lagi bersama #istibercerita. Apa kabar kamu? Semoga selalu dalam keadaan sehat ya. Mumpung lagi di rumah aja setiap hari dan sekarang aku lagi semangat-semangatnya nulis, aku memutuskan untuk kembali mengisi blog aku ini. Kali ini aku mau sedikit bercerita tentang pekerjaan aku sebagai seorang umbi-umbian di salah satu instansi pusat di Jakarta. Tentang apa ya? Sesuai dengan judulnya, aku ingin cerita tentang perjalanan dinas perdanaku bersama para senior auditor di wilayah penempatanku saat ini.           Oh iya, untuk kamu yang belum tau apa itu umbi-umbian, aku kasih tau nih. Jadi, umbi-umbian adalah sebutan bagi mereka para ASN yang masih merumput, haha. Entah kenapa disebutnya umbi. Mungkin karena umbi itu awalan untuk menjadi dewasa (?). Nah, walaupun masih umbi-umbian, di instansiku sudah boleh diajak untuk melaksanakan perjalanan dinas. Apa sih perjalanan dinas itu? Perjalanan dinas atau biasa disingkat dengan perjadin adalah kegiatan melaksanaka