Langsung ke konten utama

Postingan

Dinas Perdana Bersama Auditor

 Hai, temans!           Kembali lagi bersama #istibercerita. Apa kabar kamu? Semoga selalu dalam keadaan sehat ya. Mumpung lagi di rumah aja setiap hari dan sekarang aku lagi semangat-semangatnya nulis, aku memutuskan untuk kembali mengisi blog aku ini. Kali ini aku mau sedikit bercerita tentang pekerjaan aku sebagai seorang umbi-umbian di salah satu instansi pusat di Jakarta. Tentang apa ya? Sesuai dengan judulnya, aku ingin cerita tentang perjalanan dinas perdanaku bersama para senior auditor di wilayah penempatanku saat ini.           Oh iya, untuk kamu yang belum tau apa itu umbi-umbian, aku kasih tau nih. Jadi, umbi-umbian adalah sebutan bagi mereka para ASN yang masih merumput, haha. Entah kenapa disebutnya umbi. Mungkin karena umbi itu awalan untuk menjadi dewasa (?). Nah, walaupun masih umbi-umbian, di instansiku sudah boleh diajak untuk melaksanakan perjalanan dinas. Apa sih perjalanan dinas itu? Perjalanan dinas atau biasa disingkat dengan perjadin adalah kegiatan melaksanaka
Postingan terbaru

Karena belum waktunya?

Hai teman!           Sudah lama ngga bersapa dengan blog ini. Setelah aku cek ternyata beberapa foto yang aku sisipkan di posting an sebelumnya banyak yang ngga bisa tampil dengan baik. Kenapa ya? Mungkin ada yang mengalami hal yang sama dan sudah tau solusinya boleh kasih tau aku ya cara mengatasinya. Hehehe, kok jadi serasa blog ini banyak pengunjungnya aja aku sok-sokan minta solusi. Padahal hanya untuk konsumsi pribadi. Gapapa deh ya, mungkin ada yang menggunakan kegabutannya hingga bertemu dengan blog aku ini.         Sesuai dengan judulnya. "Karena belum waktunya?". Di sini aku mau bercerita tentang hal-hal yang mendesak aku sekarang ini. Mungkin teman-teman sudah ngga asing dengan sebutan quarter life crisis . Ya, sebuah istilah yang digunakan untuk orang-orang yang memasuki umur 25 tahun tapi berada di kondisi hidup yang krisis. Krisis dari sisi finansial, percintaan, permasalahan sosial, dll. Di tahun ini aku berada di titik itu. Saat tulisan ini ditulis, aku belum g

Perenungan

Pernah gak sih kamu ada di posisi di mana kamu sangat menginginkan sesuatu, kemudian kamu berdoa sampai nangis-nangis tersedu. "Ya Allah aku mau itu" "Ya Allah aku mau Engkau ridhoi hajatku" "Ya Allah aku mau itu, aku mau angkat derajat kedua orang tuaku" "Ya Allah tolong kabulkan diwaktunya nanti" "Ya Allah aku mohon ampun, jangan jadikan dosa-dosaku penghalang atas doa-doaku" "Ya Allah maaf kalau aku minta terlalu duniawi, tapi aku mohon aku mau itu" "Ya Allah kuatkan aku untuk mencapai itu" "Ya Allah tolong ya Allah, kalau bukan Engkau yg menolongku aku minta ke siapa lagi" "Ya Allah maaf kalau aku memaksa, tapi aku akan tetap berusaha semampuku atas apa-apa yang kelak aku hadapi dan lalui untuk mencapai hajatku" "Ya Allah semoga Engkau melihat dan mendengar doa-doaku" " Allahumma laa sahla illa ma jaaltahu sahla wa anta tajalul hasna ila si'ta sahla " Sete

Pujangga Sejak Dulu...

Mungkin hanya aku yang merasakannya... Paling pojok di dalam sebuah ruangan Duduk menikmati semilir angin yang berhembus tanpa henti Sangat lembut... Melengkapi suasana pagi yang sejuk Menggerakkan pohon yang berbunga kuning Tertiup ke sana ke mari tiada henti Menambah pesona bunga yang semakin menarik hati Kuning dan indah dipandang.... Tak mau kalah... Sang matahari pun belum menampakkan wajahnya Padahal hari sudah semakin siang.... Angin... matahari... bunga... Semua menjadi satu... Memperindah hari dengan syahdu... Sungguh indah ciptaan-Mu... Ⓡ Depok, 3 November 2013 Catatan: - Saat dipublikasikan di blog ini, puisi mengalami sedikit revisi. ===== Assalamu'alaykum, teman! Pujangga sejak dulu? Boleh gak sih aku mengklaim seperti itu? hahaha. Karena ternyata puisi di atas aku dapatkan setelah aku melihat-lihat kembali halaman facebook -ku. Jika dilihat dari tanggal publikasi di FB-ku, puisi itu dibuat

Senja... [Puisi Kolaborasi Isti x Reza]

Senja... Apa bagusnya senja? Bukankah fajar tak kalah bagus? Yang kutahu senja itu tanda terenggutnya terang dari dunia... Senja itu tanda kegelapan akan hadir... Dan bukankah di waktu gelap semua terasa lambat? Saat kejahatan memulai aksinya... Saat sang pemantra mulai menjalankan misinya... Tapi kembali lagi, semua sudah jalan takdir Sang Pencipta Ada senja pasti kegelapan akan tiba Ada fajar pasti dunia kembali terang benderang Tak ada keduanya pasti kiamat sudah hadir Dan anak senja hanyalah nama tanpa dia bisa merenungi keindahan penciptanya... Senja... Senja itu adalah awal saat engkau harus melepas lelah dan bersiap menemui Sang Pencipta... Bukankah saat sepertiga malam Allah turun ke langit dunia? Allah menjadikan malam untuk beristirahat seperti yang tercantum dalam surat An-Naba... Bukti kekuasaan Allah dalam setiap noktah-noktah kehidupan di dunia... Bagiku, terkadang senja layaknya hempasan angin... Ia datang menyeruak ke dalam nadi yang paling dalam..

Semeru, Impian Sejak Negara Api Belum Menyerang #3

Assalamu'alaykum, teman! Sebelumnya gua mau berterima kasih untuk yang sudah membaca. Dan di sini gua bakalan lanjutin cerita pendakian gua ke Gunung Semeru bersama teman-teman dari Backpacker Jakarta. Yang belum baca bagian #1 ( di sini ) dan bagian #2 ( di sini ), silakan intip-intip dulu. Isti di Puncak Mahameru Di bagian part 3 ini, gua akan menceritakan perjalanan ke Gunung Semeru yang dimulai dari Stasiun Pasar Senen (PSE). Sebelumnya gua mau minta maaf karena akan ada beberapa detail waktu yang gua lupakan persisnya kapan. Diri ini memang terlalu pelupa, hehe. Yok lanjut, ya. Setelah menempuh perjalanan dari rumah yang penuh dengan drama dalam perjalanannya, akhirnya gua sampai di Stasiun Pasar Senen sekitar 10 menit keberangkatan kereta. Di sini gua gak terlalu panik lagi karena gua yakin tiket kereta sudah diurus oleh Bang Arlan selaku CP jadi gua hanya perlu ketemu dia untuk minta tiket kereta gua. Oh iya, setiap perjalanan yang diadakan oleh BPJ pasti dia

Jalan-jalannya Dia, Bisa Jadi Menjemput Ajalnya

Sebuah kabar yang lagi-lagi menyedihkan hati. Kehilangan teman baik yang bahkan Allah mempertemukan kami di jalur menuju puncak Gunung Merbabu. Mudah bagi Allah membuat skenario dalam hidup setiap hamba-Nya. Entah semalam aku tidur memang lebih larut dari biasanya. Padahal kondisi badan yang sangat lelah akibat pulang mengajar les privat. Aku pikir sampai rumah akan langsung bisa memejamkan mata. Namun, entah mengapa mata malah susah diajak kompromi. Sempat sedikit membantu mengurus berkas adik yang mau daftar ke jenjang SMA. Pun itu kondisi mata masih sangat segar. Sudah coba berbaring pun tetap gak mau lelap. Tiba-tiba rasa perut lapar. Langsung terpikir mungkin karena perut yang lapar aku belum bisa tidur. Akhirnya, beberapa menit menuju pukul 00.00 WIB aku pun mengisi perut, sekalian rapelan untuk sahur hehe. Tapi lagi-lagi mataku tetap gak mau diajak tidur hingga waktu semakin pagi. Anehnya, tidur yang kepagian ini gak membuat aku bangun kesiangan. Justru jam 5 tepat aku sudah