Sebuah kabar yang lagi-lagi menyedihkan hati. Kehilangan teman baik yang bahkan Allah mempertemukan kami di jalur menuju puncak Gunung Merbabu. Mudah bagi Allah membuat skenario dalam hidup setiap hamba-Nya. Entah semalam aku tidur memang lebih larut dari biasanya. Padahal kondisi badan yang sangat lelah akibat pulang mengajar les privat. Aku pikir sampai rumah akan langsung bisa memejamkan mata. Namun, entah mengapa mata malah susah diajak kompromi. Sempat sedikit membantu mengurus berkas adik yang mau daftar ke jenjang SMA. Pun itu kondisi mata masih sangat segar. Sudah coba berbaring pun tetap gak mau lelap.
Tiba-tiba rasa perut lapar.
Langsung terpikir mungkin karena perut yang lapar aku belum bisa tidur. Akhirnya, beberapa menit menuju pukul 00.00 WIB aku pun mengisi perut, sekalian rapelan untuk sahur hehe. Tapi lagi-lagi mataku tetap gak mau diajak tidur hingga waktu semakin pagi. Anehnya, tidur yang kepagian ini gak membuat aku bangun kesiangan. Justru jam 5 tepat aku sudah terbangun karena mendengar suara air gemercik di kamar mandi. Kewajiban pun kulaksanakan, pun melakukan kegiatan lain hingga berangkat kerja. Rumah kebetulan kosong karena adik, ibu, dan ayah sudah di lokasi pendaftaran sekolah. Seperti biasa, sampai kantor aku duduk, lalu membuka kerjaan yang belum terselesaikan. Tapi, aku gak sepatuh itu. Hitung-hitung menghabiskan kuota pagi, aku menyambi kerjaan dengan berselancar di dunia maya. Terutama instagram. Namun, ada kejadian gak enak pagi ini. Salah satu temanku dikabarkan meninggal karena kecelakaan.
Ya Allah...
Mungkin ini salah satu sebab semalam susah tidur. Rasa empati terhadap teman yang baik. Air mata langsung berlinang di kelopak mata. Ya Allah, rasanya baru kemarin aku berinteraksi dengannya melalui dirrect message di IG. Pun kemarin sore, dirinya terus meng-update foto-foto di lokasi wisata yang dikunjunginya. Mulai dari gunung, candi, hingga perkebunan. Aku pun sempat me-reply story-nya karena beberapa hari kemarin pun dirinya selalu meng-update foto di lokasi wisata. Aku bilang, "Ish jalan2 muluk. Iri 😔".
Skenario Allah memang gak ada yang tahu, pun paranormal sekali pun. Dari sini aku sadar. Tentang sebuah syukur yang harus terus melekat pada diri, di mana pun dan dalam kondisi apa pun. Bisa jadi jalan-jalan seseorang itu cara Allah untuk dia menemui ajalnya. Salah satu pesan Ustaz K.H. Arifin Ilham yang aku ingat, "Kita meninggal pada posisi dan kondisi yang sering kita lakukan". Jadi, bila kita sering berdzikir insyaaAllah akan Allah matikan dalam kondisi itu, pun dengan kondisi lain. Semoga Allah mematikan kita dalam kondisi terbaik dan husnul khotimah. Aamiin.
Dear, Dek Rivan...
Orang baik yang menawarkan aku minum. Selamat jalan ya, Dek. Semoga Allah menempatkanmu di sisi-Nya. Semoga Allah mencabut nyawamu dalam keadaan husnul khotimah. Dan setiap lantunan azan, sholawat, tahrim, takbir, dan ayat-ayat Quran menjadi pemberat amalmu.
Terima kasih telah menjadi orang baik.
Terima kasih telah mau berteman denganku.
Terima kasih atas candaan-candaan yang menghibur.
Terima kasih atas beberapa diskusi yang membuat aku membuka pikiran lebih baik.
Selamat jalan, Dek Rivan.
Tiba-tiba rasa perut lapar.
Langsung terpikir mungkin karena perut yang lapar aku belum bisa tidur. Akhirnya, beberapa menit menuju pukul 00.00 WIB aku pun mengisi perut, sekalian rapelan untuk sahur hehe. Tapi lagi-lagi mataku tetap gak mau diajak tidur hingga waktu semakin pagi. Anehnya, tidur yang kepagian ini gak membuat aku bangun kesiangan. Justru jam 5 tepat aku sudah terbangun karena mendengar suara air gemercik di kamar mandi. Kewajiban pun kulaksanakan, pun melakukan kegiatan lain hingga berangkat kerja. Rumah kebetulan kosong karena adik, ibu, dan ayah sudah di lokasi pendaftaran sekolah. Seperti biasa, sampai kantor aku duduk, lalu membuka kerjaan yang belum terselesaikan. Tapi, aku gak sepatuh itu. Hitung-hitung menghabiskan kuota pagi, aku menyambi kerjaan dengan berselancar di dunia maya. Terutama instagram. Namun, ada kejadian gak enak pagi ini. Salah satu temanku dikabarkan meninggal karena kecelakaan.
Ya Allah...
Mungkin ini salah satu sebab semalam susah tidur. Rasa empati terhadap teman yang baik. Air mata langsung berlinang di kelopak mata. Ya Allah, rasanya baru kemarin aku berinteraksi dengannya melalui dirrect message di IG. Pun kemarin sore, dirinya terus meng-update foto-foto di lokasi wisata yang dikunjunginya. Mulai dari gunung, candi, hingga perkebunan. Aku pun sempat me-reply story-nya karena beberapa hari kemarin pun dirinya selalu meng-update foto di lokasi wisata. Aku bilang, "Ish jalan2 muluk. Iri 😔".
Chat terakhir dengan dek Rivan via dm instagram. |
Skenario Allah memang gak ada yang tahu, pun paranormal sekali pun. Dari sini aku sadar. Tentang sebuah syukur yang harus terus melekat pada diri, di mana pun dan dalam kondisi apa pun. Bisa jadi jalan-jalan seseorang itu cara Allah untuk dia menemui ajalnya. Salah satu pesan Ustaz K.H. Arifin Ilham yang aku ingat, "Kita meninggal pada posisi dan kondisi yang sering kita lakukan". Jadi, bila kita sering berdzikir insyaaAllah akan Allah matikan dalam kondisi itu, pun dengan kondisi lain. Semoga Allah mematikan kita dalam kondisi terbaik dan husnul khotimah. Aamiin.
Dear, Dek Rivan...
Orang baik yang menawarkan aku minum. Selamat jalan ya, Dek. Semoga Allah menempatkanmu di sisi-Nya. Semoga Allah mencabut nyawamu dalam keadaan husnul khotimah. Dan setiap lantunan azan, sholawat, tahrim, takbir, dan ayat-ayat Quran menjadi pemberat amalmu.
Terima kasih telah menjadi orang baik.
Terima kasih telah mau berteman denganku.
Terima kasih atas candaan-candaan yang menghibur.
Terima kasih atas beberapa diskusi yang membuat aku membuka pikiran lebih baik.
Selamat jalan, Dek Rivan.
Foto terakhir di instagram story Muhammad Rivan Herlambang. |
Salah satu hal gokil yang kami lakukan, komen rusuh di salah satu video hits di akun bang @fuadbakh. (Baca tulisan di foto dari bawah ke atas) |
Komentar
Posting Komentar