Langsung ke konten utama

Pujangga Sejak Dulu...

Mungkin hanya aku yang merasakannya...
Paling pojok di dalam sebuah ruangan
Duduk menikmati semilir angin yang berhembus tanpa henti
Sangat lembut...
Melengkapi suasana pagi yang sejuk
Menggerakkan pohon yang berbunga kuning
Tertiup ke sana ke mari tiada henti
Menambah pesona bunga yang semakin menarik hati
Kuning dan indah dipandang....
Tak mau kalah...
Sang matahari pun belum menampakkan wajahnya
Padahal hari sudah semakin siang....
Angin... matahari... bunga...
Semua menjadi satu...
Memperindah hari dengan syahdu...
Sungguh indah ciptaan-Mu...



Ⓡ Depok, 3 November 2013
Catatan:
- Saat dipublikasikan di blog ini, puisi mengalami sedikit revisi.



=====

Assalamu'alaykum, teman!

Pujangga sejak dulu?
Boleh gak sih aku mengklaim seperti itu? hahaha. Karena ternyata puisi di atas aku dapatkan setelah aku melihat-lihat kembali halaman facebook-ku. Jika dilihat dari tanggal publikasi di FB-ku, puisi itu dibuat saat aku duduk di kelas sebelas. Hal tersebut membuat aku jadi berpikir kalau aku emang hobi bikin puisi dadakan sejak dulu, haha. Tapi gak serta merta jago ya. Lagi-lagi aku hanya impromtu dalam membuat puisi, seperti posting-an sebelumnya yang tercetus saat aku sedang chatting dengan temanku (bisa dibaca di sini).

Belum lama juga aku pernah diminta membuat puisi oleh temanku untuk memenuhi tugasnya di masa orientasi percepeenesan. Padahal waktu itu kondisinya aku sedang bekerja juga, tapi karena emang mau menolong dia, akhirnya kubuatkan puisi sesuai dengan tema yang di-request. Keadaan mendesak pun kadang bisa membuatku jadi pujangga dadakan, haha. Anehnya, kalau aku merencanakan membuat puisi sangat susah idenya mengalir. Ya namanya juga pujangga karbitan, wkwk. Hobiku membuat puisi ini bukanlah hobi utama, tapi emang seadanya dan sesempatnya. Bahkan di momen tertentu yang kadang tercetus ide pun suka menguap begitu aja, karena gak sempat untuk diabadikan dalam sebuah tulisan.

Jadi, sebenarnya membuat sebuah karya dalam tulisan itu mudah bukan? Dari hal-hal yang kita lalui dapat diciptakan sebagai suatu karya. Namun, jangan sampai hasil karya kita timbul akibat meniru tulisan orang lain ya. Terinspirasi boleh, tapi menjiplak jangan! Tiap orang pasti Allah karuniakan sebuah ide brilian. Tinggal bagaimana kita bisa menggalinya hingga bisa bermanfaat untuk orang lain. Teringat sebuah quote dari seorang maestro literasi Indonesia:

Menulislah, karena tanpa menulis engkau akan hilang dari pusaran sejarah

-Pramoedya Ananta Toer-

Semoga bermanfaat...
Semangat menulis, teman!

Komentar

  1. Balasan
    1. Terima kasih sudah berkunjung dan komen ya, Bang Mario. Ayo kita kolaborasi hehehe

      Hapus
  2. Hmm, yg sulit itu mungkin saat inspirasi itu tidak harus ditunggu tapi bisa kita cipta setiap saat. Layaknya pisau, mungkin naluri pun perlu di asah ya. Puisi yg bagus! Btw lagi liat pohon apa yah?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Ini kenapa acara tv pada ngumpul di sini deh. Btw, makasih sudah berkunjung dan komen di blogku ya. Betul. Semakin tajam nalurimu, semakin cocok dirimu dipanggil seorang pujangga, bukan? Ahhh.. mas ini terlalu merendah. Padahal karyanya dah meroket jauh.

      Itu bukan lagi lihat pohon, tapi lagi mencari jodoh di antara daun-daun yang sedang bergoyang karena semilir angin 😌.

      Hapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Karena belum waktunya?

Hai teman!           Sudah lama ngga bersapa dengan blog ini. Setelah aku cek ternyata beberapa foto yang aku sisipkan di posting an sebelumnya banyak yang ngga bisa tampil dengan baik. Kenapa ya? Mungkin ada yang mengalami hal yang sama dan sudah tau solusinya boleh kasih tau aku ya cara mengatasinya. Hehehe, kok jadi serasa blog ini banyak pengunjungnya aja aku sok-sokan minta solusi. Padahal hanya untuk konsumsi pribadi. Gapapa deh ya, mungkin ada yang menggunakan kegabutannya hingga bertemu dengan blog aku ini.         Sesuai dengan judulnya. "Karena belum waktunya?". Di sini aku mau bercerita tentang hal-hal yang mendesak aku sekarang ini. Mungkin teman-teman sudah ngga asing dengan sebutan quarter life crisis . Ya, sebuah istilah yang digunakan untuk orang-orang yang memasuki umur 25 tahun tapi berada di kondisi hidup yang krisis. Krisis dari sisi finansial, percintaan, permasalahan sosial, dll. Di tahun ini aku berada di titik itu. Saat tulisan ini ditulis, aku belum g

Dinas Perdana Bersama Auditor

 Hai, temans!           Kembali lagi bersama #istibercerita. Apa kabar kamu? Semoga selalu dalam keadaan sehat ya. Mumpung lagi di rumah aja setiap hari dan sekarang aku lagi semangat-semangatnya nulis, aku memutuskan untuk kembali mengisi blog aku ini. Kali ini aku mau sedikit bercerita tentang pekerjaan aku sebagai seorang umbi-umbian di salah satu instansi pusat di Jakarta. Tentang apa ya? Sesuai dengan judulnya, aku ingin cerita tentang perjalanan dinas perdanaku bersama para senior auditor di wilayah penempatanku saat ini.           Oh iya, untuk kamu yang belum tau apa itu umbi-umbian, aku kasih tau nih. Jadi, umbi-umbian adalah sebutan bagi mereka para ASN yang masih merumput, haha. Entah kenapa disebutnya umbi. Mungkin karena umbi itu awalan untuk menjadi dewasa (?). Nah, walaupun masih umbi-umbian, di instansiku sudah boleh diajak untuk melaksanakan perjalanan dinas. Apa sih perjalanan dinas itu? Perjalanan dinas atau biasa disingkat dengan perjadin adalah kegiatan melaksanaka

Perenungan

Pernah gak sih kamu ada di posisi di mana kamu sangat menginginkan sesuatu, kemudian kamu berdoa sampai nangis-nangis tersedu. "Ya Allah aku mau itu" "Ya Allah aku mau Engkau ridhoi hajatku" "Ya Allah aku mau itu, aku mau angkat derajat kedua orang tuaku" "Ya Allah tolong kabulkan diwaktunya nanti" "Ya Allah aku mohon ampun, jangan jadikan dosa-dosaku penghalang atas doa-doaku" "Ya Allah maaf kalau aku minta terlalu duniawi, tapi aku mohon aku mau itu" "Ya Allah kuatkan aku untuk mencapai itu" "Ya Allah tolong ya Allah, kalau bukan Engkau yg menolongku aku minta ke siapa lagi" "Ya Allah maaf kalau aku memaksa, tapi aku akan tetap berusaha semampuku atas apa-apa yang kelak aku hadapi dan lalui untuk mencapai hajatku" "Ya Allah semoga Engkau melihat dan mendengar doa-doaku" " Allahumma laa sahla illa ma jaaltahu sahla wa anta tajalul hasna ila si'ta sahla " Sete